Pada awalnya istilah Deep learning merujuk pada cabang dari machine learning (pembelajaran mesin) yang menggunakan jaringan saraf tiruan (artificial neural networks) berlapis-lapis untuk belajar dari data. Metode ini meniru cara kerja otak manusia untuk mengenali pola kompleks, gambar, suara, dan teks secara otomatis, serta menghasilkan wawasan dan prediksi yang akurat untuk berbagai aplikasi seperti pengenalan wajah, asisten virtual, hingga analisis data kesehatan.
Oleh karena itu, pada awalnya ada dua jenis deep learning yang memiliki dua makna berbeda:
1. Deep Learning dalam AI:Merujuk pada sistem jaringan saraf tiruan yang meniru cara manusia berpikir dan belajar, digunakan untuk memproses data dalam jumlah besar.
2. Deep Learning dalam Pendidikan:Merujuk pada pendekatan pembelajaran mendalam yang berfokus pada pemahaman dan penguasaan kompetensi.
Dalam konteks pendidikan, Pendekatan pembelajaran deep learning (pembelajaran mendalam) adalah metode belajar yang menekankan pada pemahaman konsep secara mendalam dan penguasaan kompetensi, bukan hanya menghafal. Tujuannya adalah menciptakan suasana pembelajaran yang berkesadaran (mindful), bermakna (meaningful), dan menyenangkan (joyful), dengan siswa aktif mengaitkan teori dengan dunia nyata.
Menurut Kemendikbudristek melalui Mendikdasmen Abdul Mu'ti, deep learning (pembelajaran mendalam) adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan membuat siswa memahami konsep secara mendalam dan mengaplikasikannya secara lebih baik dalam kehidupan nyata, tidak sebatas hafalan. Pendekatan ini berfokus pada pengalaman belajar yang bermakna, menyenangkan, dan menyadarkan siswa, bukan pada kurikulum. Siswa menjadi lebih aktif, sementara guru berperan sebagai fasilitator, serta proses belajar menjadi lebih berkesadaran dan holistik.
Tujuan Deep Learning
- Pemahaman Mendalam: Siswa tidak hanya menghafal, tetapi benar-benar memahami konsep dan kompetensi yang dipelajari secara mendalam.
- Mengaplikasikan Konsep: Siswa dapat menerapkan pengetahuan yang dipelajari untuk menyelesaikan persoalan dalam kehidupan sehari-hari.
- Belajar yang Bermakna (Meaningful): Pembelajaran menjadi lebih berharga dan relevan bagi siswa.
- Belajar yang Menyenangkan (Joyful): Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan untuk meningkatkan motivasi belajar.
- Belajar yang Menyadarkan (Mindful): Siswa menjadi lebih sadar akan proses belajar dan kebutuhan belajarnya.
Peran Guru dan Siswa
- Siswa Aktif: Siswa menjadi subjek aktif dalam pembelajaran, terlibat secara aktif dalam diskusi dan eksperimen.
- Guru Sebagai Pembimbing: Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, bukan hanya penyampai materi satu arah.
Penerapan dalam Pendidikan
- Deep learning adalah sebuah pendekatan, bukan kurikulum baru, yang akan diadaptasikan ke dalam kurikulum yang ada, termasuk di daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan).
- Tujuannya adalah untuk meningkatkan kemampuan literasi dan kompetensi siswa secara menyeluruh, membentuk manusia pembelajar sepanjang hayat.
Tujuan Deep Learning dalam Pendidikan:
- Menciptakan ekosistem pembelajaran yang dinamis dan inovatif.
- Mewujudkan generasi yang lebih adaptif, berdaya saing global, inovatif, dan kreatif.
- Membantu siswa mengaitkan teori dengan realitas dunia nyata, menjadikan pembelajaran lebih relevan dan bermakna.
Konsep Deep Learning Kementerian Pendidikan Tahun 2025 memformulasikan Deep Leraning dalam Rumus 8-3-3-4. Komponen=Unsur dan Makna
- 8=Dimensi profil lulusan yang ingin dibentuk
- 3 (Prinsip)=Pedagogi: mindful, meaningful, joyful
- 3 (Tahap)=Pengalaman belajar: memahami → mengaplikasi → merefleksi
- 4=Pilar ekosistem pembelajaran: pedagogi, lingkungan, teknologi, kemitraan
1. Angka 8: Delapan Dimensi Profil Lulusan. Menunjukkan tonggak pembentukan karakter holistik peserta didik:
- Keimanan dan Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Kewargaan (citizenship)
- Penalaran Kritis
- Kreativitas
- Kolaborasi
- Kemandirian
- Kesehatan
- Komunikasi
2. Angka 3 (Pertama): Tiga Prinsip Pembelajaran Mendalam. Sebagai fondasi pedagodik, yakni:
- Mindful Learning — pembelajaran yang berkesadaran
- Meaningful Learning — pembelajaran yang bermakna
- Joyful Learning — pembelajaran yang menggembirakan
3. Angka 3 (Kedua): Tiga Tahap Pengalaman Belajar. Menandai tahapan berkelanjutan dalam proses pembelajaran:
- Memahami — membangun pemahaman esensial, aplikatif, dan nilai-karakter
- Mengaplikasikan — menerapkan pengetahuan dalam konteks nyata
- Merefleksi — mengevaluasi proses dan belajar secara metakognitif
4. Angka 4: Empat Kerangka Penopang Pembelajaran. Menjadi komponen penting dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang mendukung:
- Praktik Pedagogis
- Lingkungan Pembelajaran
- Pemanfaatan Teknologi Digital
- Kemitraan Pembelajaran (antara sekolah, orang tua, dan komunitas)
Relevansi dan Implementasi
- Tujuan utamanya adalah menciptakan pengalaman pembelajaran yang holistik, mendalam, dan bermakna, bukan sekadar transfer pengetahuan.
- Rumus 8-3-3-4 memandu pendidik, perancang kurikulum, dan pemangku kebijakan dalam merancang RPP, mengembangkan ekosistem belajar, serta menciptakan pengalaman belajar yang transformat
Rumus 8-3-3-4 adalah pendekatan sistematis untuk menerapkan Pembelajaran Mendalam secara praktis. Dengan berpijak pada pengembangan karakter, prinsip pedagogi yang kuat, pengalaman belajar berkelanjutan, dan dukungan ekosistem pendidikan, formula ini bertujuan membentuk generasi yang adaptif, kreatif, dan siap menghadapi tantangan masa depan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar