Danau Toba dan Pulau Samosir (Sumatra Utara)
Pada zaman dahulu, di suatu desa di Sumatra Utara hiduplah seorang pemuda miskin bernama Toba. la hidup sebatang kara di sebuah iembah yang landai dan subur.
Pada suatu senja, setelah pulang dari ladang, pemuda itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Namun, sudah cukup lama ia memancing, tak seekor ikan pun didapatnya. Kejadian yang seperti itu tidak pernah dialami sebelumnya. Biasanya, ikan di sungai itu mudah saja dipancing.
"Aneh, mengapa tidak seekor ikan pun mau memakan umpanku? Apa mungkin ikan di sungai ini sudah mulai habis?" ia membatin.
"Aduh, berat sekali! Ini pasti ikan yang sangat besar," Toba berusaha menyeimbangkan posisi tubuhnya.
Mata kail pancingnya tertarik ke sana kemari. Benar saja, ikan itu sangat besar dan indah. Warnanya kuning keemasan. Toba lalu mulai melepas ikan itu dari mata kailnya dan memandanginya dengan hati senang.
Akan tetapi, baru saja ikan itu menyentuh tangan Toba, tiba-tiba ikan itu berubah wujud menjadi seorang putri yang sangat rupawan.
"Si... siapa kau?" tanya Toba terbata-bata karena terkejut.
"Aku adalah ikan yang kau pancing tadi. Terima kasih telah mengeluarkan aku dari sungai itu," kata putri itu sambil tersenyum ramah. "Jika Tuan berkenan, bolehkah saya tinggal bersama Tuan di tempat ini?"
Senyum dan wajah rupawan putri itu sangat menyihir. Toba pun tak mampu menolaknya.
"Baiklah, tapi kau harus tahu bahwa aku adalah pemuda yang sangat miskin. Semoga nanti kau bisa betah tinggal di rumah gubukku."
Hari berganti, waktu berlalu, pada akhirnya Toba pun mengajukan lamaran.
"Menikahlah denganku," pinta Toba sambil berlutut.
Si putri terdiam beberapa saat, sampai pada akhirnya ia tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku akan menerima lamaranmu. Tapi kau harus memenuhi satu syaratku." "Apakah permintaanmu itu, Putri?" tanya Toba.
"Kau harus berjanji untuk tidak pernah menceritakan asal-usulku sebagai penjelmaan ikan kepada siapa pun."
"Baiklah, aku terima permintaanmu. Aku bersumpah untuk tidak pernah mengungkit asal-usulmu."
Setelah Toba mengucapkan sumpah, keduanya lalu menikah.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat buruk dan pemalas.
Suatu hari, Samosir disuruh ibunya mengantarkan bekal makanan ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesal pergilah ia mengantarkan bekal makanan itu.
Karena merasa sangat lapar, di tengah jalan sebagian besar nasi dan lauk-pauk untuk ayahnya dimakan Samosir. Setelah kenyang ia pun membungkus kembali makanan itu dan melanjutkan perjalanan.
Setibanya di ladang, sisa bekal yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya.
"Wan, kau sekarang rupanya telah berubah menjadi anak yang rajin, Samosir," puji Toba sambil membuka bekal yang dibawa anaknya. Namun, alangkah terkejutnya ia melihat isi bungkusan itu yang sebagian besar tinggal sisa-slsa. Hatinya yang semula senang, segera berubah menjadi kesal dan marah. "Hai Samosir, mengapa isi bungkusan ini hanya sisa-sisa?" tanya Toba dengan wajah memerah.
"Maaf Ayah, di tengah perjalanan tadi aku merasa sangat lapar, jadi aku makan sebagian isi bungkusan itu," kata Samosir.
Amarah ayahnya semakin bertambah parah. "Anak tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan ikan!"
Sambil menangis, Samosir berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia mengadukan bahwa dia dimarahi ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucap sang ayah kepada Samosir diceritakan pula.
Mendengar cerita anaknya, ibunya berlinang air mata penuh kesedihan. Terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan soal ikan yang dia ucapkan kepada Samosir.
la menangis dan terus menangis. Sampai kemudian, air matanya mulai menyiram tanah yang dipijaknya.
Terkejut dengan air mata ibunya yang mulai menenggelamkan tubuh kecilnya, Samosir berusaba menyelamatkan diri berenang menjauh. la naik ke puncak pohon kayu yang dipanjatnya di atas bukit.
Dari kejauhan, Samosir melihat ibunya melompat ke dalam sungai dan telah berubah menjadi seekor ikan besar. Toba, ayah Samosir, juga tak bisa menyelamatkan dirinya. la mati tenggelam oleh genangan air.
Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang kemudian dinamakan orang sebagai Danau Toba.
Sumber: Dini Ayu dalam Cerita Rakyat Nusantara 34 Provinsi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar