Senin, 07 September 2020

Sistem Pencernaan pada Hewan Memamah Biak

Hewan pemamah biak disebut juga hewan ruminansia. Alat-alat pencernaan hewan ruminansia terdiri atas mulut, esofagus, rumen (perut besar), retikulum (perut jala), omasum (perut buku), abomasum (perut sebenarnya), usus halus, kolon, rektum, dan anus. Susunan gigi pada hewan berbeda dengan susunan gigi pada manusia. Hewan ruminansia hanya memiliki gigi seri dan geraham. Sistem pencernaan hewan ruminansia dikategorikan sebagai salah satu sistem pencernaan hewan yang cukup unik. Berbeda dengan sistem pencernaan pada hewan karnivora dan omnivora, hewan-hewan ruminansia murni seperti sapi, kambing, kelinci, dan domba dapat mengunyah makanannya hingga dua fase.

Hewan ruminansia atau hewan memamah biak termasuk hewan yang unik. Mereka dapat mengunyah atau memamah makanannya yang berupa tumbuhan (rumput) melalui dua fase. Fase pertama makanan hanya dikunyah sebentar dan masih kasar. Makanan tersebut kemudian disimpan dalam rumen lambung. Selang beberapa waktu saat lambung sudah penuh, mereka kemudian mengeluarkan makanan yang dikunyahnya tadi untuk dikunyah kembali hingga teksturnya lebih halus. Setelah halus, makanan tersebut masuk ke dalam rumen lambung lagi.

Saluran Sistem Pencernaan Hewan Ruminansia
Jenis makanannya hewan ruminansia berupa rumput atau tumbuh-tumbuhan yang tersusun atas selulosa yang sulit dicerna, hewan ruminansia memiliki saluran sistem pencernaan khusus. Organ-organ pada saluran sistem pencernaan hewan ruminansia telah beradaptasi sesuai dengan jenis makanan alaminya. Saluran pencernaan pada hewan ruminansia antara lain sebagai berikut.

1. Rongga Mulut (Cavum Oris)
Dalam rongga mulut hewan ruminansia, terdapat dua organ sistem pencernaan yang memiliki fungsi penting, yaitu gigi dan lidah. Gigi ruminansia berbeda dengan susunan gigi mamalia lain. Gigi seri (insisivus) memiliki bentuk yang sesuai untuk menjepit makanan berupa rumput, gigi taring (caninus) tidak berkembang sama sekali, sedangkan gigi geraham belakang (molare) memiliki bentuk datar dan lebar. Pada rongga mulut hewan memamah biak juga terdapat lidah untuk membantu mengatur letak makanan dan menelan. Selain itu, lidah juga berguna untuk merenggut makanannya.
kepala sapi
GAMBAR KEPALA SAPI 


Gigi seri hanya terdapat pada rahang bawah. Gerakan rahang yang terlihat ke kiri dan ke kanan adalah gerakan menggilas makanan. Bentuk geraham lebar, datar pada permukaan, dan kuat. Di antara gigi seri dan geraham terdapat ruang yang tidak ditumbuhi gigi. Ruang itu disebut diasterna. Melalui diasterna inilah sapi, kerbau, atau kambing menjulurkan lidahnya merenggut rumput. Makanan tersebut tidak dikunyah, tetapi langsung ditelan masuk ke perut (perut besar).

2. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus atau kerongkongan merupakan saluran organ penghubung antara rongga mulut dan lambung. Pada saluran ini, makanan tidak mengalami proses pencernaan. Makanan hanya sekedar lewat sebelum kemudian digerus di dalam lambung. Esofagus pada hewan ruminansia umumnya berukuran sangat pendek yaitu sekitar 5 cm, namun lebarnya mampu membesar (berdilatasi) untuk menyesuaikan ukuran dan tekstur makanannya.

3. Lambung
Setelah melalui esofagus, makanan akan masuk ke dalam lambung. Lambung pada hewan ruminansia selain berperan dalam proses pembusukan dan peragian, juga berguna sebagai tempat penyimpanan sementara makanan yang akan dikunyah kembali. Ruangan lambung ruminansia dibedakan menjadi empat, yaitu perut besar (rumen), perut jala (retikulum), perut buku (omasum), dan perut masam (abomasum).

a. Rumen (Perut Besar)
Mula-mula makanan yang melalui kerongkongan akan masuk ke dalam rumen. Makanan ini secara alami telah bercampur dengan air ludah.  Rumen berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara bagi makanan yang telah ditelan. Setelah rumen terisi cukup makanan, sapi akan beristirahat sambil mengunyah kembali makanan yang dikeluarkan dari rumen ini.

b. Retikulum (Perut Jala)
Dari perut besar makanan diteruskan ke perut jala (retikulum). Perut besar, jala dan buku sebenarnya merupakan modifikasi kerongkongan (esofagus), sedangkan yang dimaksud dengan perut yang sebenarnya adalah perut masam (abomasum). Makanan yang masuk ke dalam retikulum akan diaduk-aduk dan dicampur dengan enzim-enzim tersebut hingga menjadi gumpalan-gumpalan kasar (bolus). Pengadukan ini dilakukan dengan bantuan kontraksi otot dinding retikulum. Gumpalan makanan ini kemudian didorong kembali ke rongga mulut untuk dimamah kedua kalinya dan dikunyah hingga lebih sempurna. Karena mengunyah makanan dua kali, ruminansia disebut hewan memamah biak. Proses ini biasa berlangsung pada saat hewan sedang beristirahat.


sapi
c. Omasum (Perut Buku)
Setelah gumpalan makanan yang dikunyah lagi itu ditelan kembali, mereka akan masuk ke omasum melewati rumen dan retikulum. Di dalam omasum, kelenjar enzim akan membantu penghalusan makanan secara kimiawi. Kadar air dari gumpalan makanan juga dikurangi melalui proses absorpsi air yang dilakukan oleh dinding omasum. Pada bagian perut ini bakteri akan mati dan dicerna sebagai protein ruminansia.

sapi

d. Abomasum (Perut Masam)
Abomasum adalah perut yang sebenarnya karena di organ inilah sistem pencernaan hewan ruminansia secara kimiawi bekerja dengan bantuan enzim-enzim pencernaan. Di dalam abomasum, gumpalan makanan dicerna melalui bantuan enzim dan asam klorida. Enzim yang dikeluarkan oleh dinding abomasum sama dengan yang terdapat pada lambung mamalia lain, sedangkan asam klorida (HCl) selain membantu dalam pengaktifan enzim pepsinogen yang dikeluarkan dinding abomasum, juga berperan sebagai desinfektan bagi bakteri jahat yang masuk bersama dengan makanan.

Dalam perut abomasum terjadi fermentasi selulosa dengan bantuan bakteri. Hasil fermentasinya berupa asam laktat, asam lemak, asam asetat, vitamin, dan gas. Hasil fermentasi tersebut sebagian diserap, sebagian gas diabsorpsi, kemudian dikeluarkan melalui paru-paru, dan ada pula yang dikeluarkan pada saat sendawa melalui perut.

4. Usus Halus dan Anus
Hasil pencernaan dari abomasum masuk ke dalam usus dua belas jari dan masuk ke dalam usus halus. Di dalam usus halus terjadi penyerapan hasil pencernaan. Sisa makanan yang tidak diserap masuk ke usus besar, mengalami penyerapan air, dan pembusukan menjadi feses. Feses terkumpul di dalam rektum dan selanjutnya dikeluarkan melalui anus. Pada kuda dan kelinci proses pencernaan makanan juga terjadi simbiosis dengan bakteri di dalam usus buntu. Bakteri ini membantu mencernakan selulosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar