Selasa, 29 September 2020

KERAGAMAN ADAT DAN KEBIASAAN MASYARAKAT

Salah satu keragaman sosial budaya Indonesia yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah keragaman adat dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Adat istiadat adalah tata kelakuan yang kekal dan turun-temurun dari generasi ke generasi sebagai warisan, sehingga kuat integrasinya dengan pola perilaku masyarakat.

Keragaman adat dan kebiasaan rnasyarakat Indonesia meliputi sistem nilai, pandangan hidup, dan ideologi. Contoh keragaman dan kebiasaan masyarakat Indonesia yang masih ada hingga saat ini adalah upacara adat. Upacara adat adalah upacara yang berhubungan dengan adat istiadat atau tradisi masyarakat. Upacara adat berkaitan erat dengan kepercayaan suatu masyarakat. Upacara adat dapat dilakukan secara sederhana maupun mewah dengan biaya yang sangat besar. Contoh upacara adat adalah Upacara Kasodo (Suku Tengger, Jawa Timur), Upacara Lompat Batu (Suku Nias), Upacara Grebeg Suro (Jawa Tengah), dan Iain-Iain.

Saat ini sudah banyak masyarakat yang tidak melakukan upacara adat. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya pemikiran, agama, dan kepercayaan. Selain itu, masyarakat lebih memilih hal-hal yang praktis dan cepat karena upacara adat dianggap terlalu lama dan bertele-tele.

Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena memiliki keragaman sosial budaya serta adat istiadat yang sangat kaya. Kekayaan ini merupakan salah satu daya tarik bagi wisatawan dari dalam dan luar negeri. Salah satu keragaman sosial budaya yang masih dipertahankan oleh masyarakat Indonesia hingga saat ini adalah adat istiadat dan kebiasaan yang diperkenalkan secara turun-temurun oleh setiap generasi.

Adapun keragaman adat dan kebiasaan yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah di Indonesia, antara lain sebagai berikut. 

1.  Ritual Tiwah Suku Dayak (Kalimantan Tengah)
Ritual Tiwah Suku Dayak adajah prosesi mengantarkan arwah sanak saudara yang telah meninggal ke alam baka dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad dari Hang kubur menuju sebuah tempat yang bernama Sandung. Ritual Tiwah diyakini oleh masyarakat Dayak sebagai sarana meluruskan perjalanan arwah mereka yang sudah meninggar untuk masuk surga. Bagi suku Dayak, sebuah proses kematian. perlu dilanjutkan dengan ritual lanjutan atau penyempurna agar tidak mengganggu kenyamanan dan ketentraman orang yang masih hidup. Tiwah ini sendiri juga memiliki tujuan untuk melepas ikatan status janda atau duda bagi pasangan berkeluarga. Tiwah juga dimaksudkan untuk melepas kesialan bagi keluarga almarhum yang ditinggalkan dari . pengaruh-pengaruh buruk.

2.  Ngaben(Bali) 
Ngaben adalah upacara pembakaran atau kremasi jenazah umat Hindu di Bali. Dalam prosesi Ngaben, ketika api mulai disulut, perlahan-lahan kobaran api akan membesar dan mulai membakar jenazah. Bagi masyarakat Bali, upacara ini merupakan sebuah momen bahagia, dengan alasan setelah melaksanakan upacara ngaben maka orang tua ataupun anak-anak sudah melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga yang meninggal. Maka dari itu upacara adat yang satu ini selalu saja disambut dengan suka cita tanpa adanya tangis kesedihan. Dikarenakan masyarakat Bali percaya bahwa tangisan hanya akan menjadi penghambat roh untuk mencapai nirwana. Dengan demikian, keluarga yang ditinggalkan berusaha keras tidak mengeluarkan air mata ketika melakukah prosesi adat ini. 

3.  Rambu Solok (Toraja)      
Upacara Rambu Solok adalah upacara adat kematian untuk mengantar kerabat yang meninggal. Walaupun hanya sebuah rituaTkematian, tapi penyelenggaraahnya diadakan layaknya sebuah pesta besar. Hal ini dilakukan, karena masyarakat Toraja percaya bahwa roh kerabat yang meninggal belum benar-benar meninggal sebelum dilengkapi dengan upacarp Rambu Solok.

4. Hombol Batu (Nias)
Fahombo, Hombo Batu atau dalam bahasa Indonesia "Lompat Batu" adalah olahraga tradisional Suku Nias. Olahraga yang sebelumnya merupakan ritual pendewasaan ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi objek wisata tradisional terunik dan terkenal hingga ke seluruh dunia. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm. 

5.  Seren Taun (Sunda)
Seren Taun adalah upacara adat panen padi masyarakat Sunda yang dilakukan setiap tahun. Upacara ini berlangsung khidmat dan semarak diberbagai desa adat Sunda. Upacara adat sebagai syukuran masyarakat agraris ini diramaikan ribuan masyarakat sekitarnya, bahkan dari beberapa daerah di Jawa Barat dan mancahegara.

6. Reog Ponorogo
Reog Ponorogo merupakan salah satu seni tarian di Jawa Timur yang sampai saat ini masih terus dilestarikan. Reog ini merupakan kebudayaan dan kesenian asli di Indonesia. Reog Ponorogo ini biasanya dipentaskan saat acara pernikahan, khitanan, hari-hari besar nasional, dan juga festival tahunan yang diadakan oleh pemerintah setempat.

Festival yang diadakan oleh pemerintah tersebut terdiri dari festival Reog Mini Nasional, Festival Reog Nasional, dan juga pertunjukan pada bulan purnama yang bertempatdi alun-alun Ponorogo. Festival Reog Nasional diadakan saat akan memasuki bulan Muharam atau bulan Suro. Pementasan Reog Ponorogo merupakan rangkaian dari acara Grebeg Suro atau juga dalam rangka ulang tahun kota Ponorogo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar