Kamis, 18 Februari 2021

Era Pergerakan Nasional

 
Anggota Sarekat Islam

Kebangkitan nasional merupakan perihal bangkitnya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu kesatuan bangsa melawan penjajah melalui berbagai cara. Dari peristiwa ini, para pemuda belajar banyak dari masa lalu bahwa perlawanan yang dilakukan harus secara nasional melalui organisasi modern, bukan secara kedaerahan dan sendiri-sendiri.

Pada-masa penjajahan, bangsa Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk mengusir penjajah dan bercita-cita menjadi bangsa yang merdeka. Berbagai bentuk perlawanan terhadap penjajah oleh para raja, bangsawan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama dilakukan dengan cara mengangkatsenjata maupun gerakan sosial. Namun, pada umumnya perlawanan semacam itu mengalami kegagalan. 

Adapun penyebabnya, yaitu perjuangan masih bersifat kedaerahan, perlawanan tidak dilakukan secara serentak, masih bergantung pada pemimpin, kalah dalam persenjataan, serta adanya Belanda yang menerapkan politik adu domba.

Berdasarkan pengalaman tersebut, kaum terpelajar ingin berjuang dengan cara yang lebih modern, yaitu menggunakan kekuatan organisasi. Lahirnya organisasi-organisasi tersebut menandai lahirnya pergerakan nasional. Tahun 1908 merupakan masa awal lahirnya organisasi pergerakan, yakni Budi Utomo, kemudian disusul oleh Sarekat Islam (1912), Indische Partij (1912), dan sebagainya.

1. Budi Utomo (BU)

Organisasi Budi Utomo didirikan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo. Upaya dr. Wahidin ini bertujuan meningkatkan martabat rakyat dan membantu para pelajar yang kekurangan dana. Budi Utomo didirikan pada 20 Mei 1908 dengan ketuanya Sutomo dari STOVIA. Kongres Budi Utomo pertama berlangsung di Yogyakarta pada 3-5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri beberapa cabang, yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Batavia. Adanya dua aliran dalam tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya, gerak Budi Utomo semakin lamban. Ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi Utomo, antara lain:

a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priayi daripada penduduk umumnya.

b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda daripada kepentingan rakyat Indonesia.

c. Menonjolnya kaum priayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan kaum terpelajar tersisih.

Sejak tahun 1915, kegiatan Budi Utomo berubah. Tidak hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, tetapi bergerak dalam bidang politik, seperti ikutduduk dalam Komite Indie.Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) dari Indonesia. Budi Utomo mampu menerbitkan majalah bulanan Goeroe Desa yang memiliki kiprah masih terbatas di kalangan penduduk pribumi. 

Sejalan dengan kemerosotan aktivitas dan dukungan pribumi pada Budi Utomo, pada tahun 1935 Budi Utomo mengadakan fusi ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra). Sejak itu BU terus mengalami kemerosotan dan mundur dari arena politik. Karena sebagai organisasi modem yang pertama kali muncul di Indonesia, pemerintah Rl menetapkan tanggal berdirinya Budi Utomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Keputusan penetapan tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 31 pada 16 Desember 1959.

2. Sarekat Islam (SI)

Awalnya, Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tanggal 16 Oktober 1905 berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) di rumah Samanhudi di Kampung Sandakan Solo. SDI didirikan di Solo oleh H. Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa yang bercorak pergerakan keislaman. Garis yang diambil oleh SDI adalah koperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji Islam. 

Untuk mengembangkan SDI, tanggal 13 Mei 1912 H. Samanhudi mengirim empat orang wakil pengurus SDI ke Surabaya untuk melakukan propaganda organisasi. Di Surabaya mereka mendapatkan anggota baru yaitu Hasan Ali Surati dan Cokroaminoto.  

Pada tanggal 11 November 1912 Pimpinan SDI mengadakan kongres di Solo dan menghasilkan keputusan untuk mengganti SDI menjadi Sarekat Islam (SI).  SI ditetapkan bergerak secara nasional dan tidak hanya berorientasi kepada masalah sosial ekonomi, tetapi juga merupakan organisasi yang berorientasi sosial politik.

Sarekat Islam tumbuh sebagai organisasi massa terbesar pertama kali di Indonesia. Pada 20 Januari 1913, Sarekat Islam mengadakan kongres yang pertama di Surabaya.

Pada 17-24 Juni 1916, diadakan kongres SI yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini, SI sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya. SI bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). 

Pada tahun 1917, SI mengadakan kongres yang keempat di Jakarta. Dalam kongres ini SI menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini, SI mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Cokroaminoto dan H. Agus Salim sebagai wakilnya di Volksraad. SI tumbuh sangat cepat. Hal tersebut berdampak pula pada anggotanya. 

Beberapa anggota ada yang memiliki keanggotaan ganda dengan organisasi Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang berhaluan marxisme sehingga SI cukup terwarnai dengan corak komunis. SI yang berhaluan sosialis kiri (komunis) disebut SI merah yang nantinya menjadi PKI. Tokohnya adalah Semaun, yang berpusat di Semarang. Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).

Adapun SI yang sebenarnya (sering disebut SI Putih) dipimpin Abdul Muis, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta. Dalam kongresnya yang ketujuh di Madiun, kemudian berubah menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) yang diketuai oleh H. Agus Salim. 

3. Indische Parti (IP)

Indische Partij merupakan organisasi yang didirikan oleh orang Indo dan anggotanya juga kebanyakan orang Indo, yaitu campuran orang Indd dengan pribumi. Didirikan oleh Dr. Ernest Francois Eugene Douwes Dekkerpada 25 Desember 1912. Dr. Ernest Francois Eugene Douwes Dekker adalah seorang keluarga jauh Eduard Douwes Dekker (Multatuli). Dia kemudian bekerja sama dengan dua orang, Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat. Ketiga tokoh ini dikenal dengan sebutan Tiga Serangkai.

Tujuan Indische Partij adalah menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. IP menggunakan media majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De Expres pimpinan E.F.E. Douwes Dekker sebagai sarana untuk membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. Tujuan dari partai ini benar-benar revolusioner karena ingin mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan pemerintah kolonial. Tindakan ini terlihat nyata pada tahun 1913. 

Saat itu pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingatijuga oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal tersebut merupakan suatu hal yang kurang pas di mana suatu negara penjajah melakukan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada suatu bangsa yang dia sendiri sebagai penjajahnya.

Hal yang ironis ini mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul "Als ik een Nederlande'rs was" (Andaikan Aku Seorang Belanda). Akibat dari tulisan itu, R.M. Suwardi Suryaningrat ditangkap. 

Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Namun pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit. Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke Indonesia pada tahun 1919.

4. Taman Siswa

Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara pada 3 Juli 1922. Tujuan didirikannya Taman Siswa adalah untuk mendidik golongan muda serta menanamkan rasa cinta tanah air dan semangat antipenjajahan. Taman Siswa berperan dalam menumbuhkan rasa nasionalisme bangsa Indonesia. Meskipun menggunakan sistem pendidikan modern Belanda, Taman Siswa tidak mengambil kepribadian Belanda.

Dengan demikian, anak didiknya tidak kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia. Para guru Taman Siswa berasal dari para aktivis pergerakan nasional. Taman Siswa memiliki tiga semboyan dalam melaksanakan proses pendidikan, yaitu Tut Wuri Handayani. Semboyan tersebut berasal dari bahasa Jawa dan mempunyai arti filosofi tentang peranan seseorang.

5. Partai Nasional Indonesia (PNI)

Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh kaum terpelajar yang dipelopori oleh Soekarno. Berdirinya PNI tidak terlepas dari pengaruh dilarangnya PKI oleh pemerintah kolonial. Kaum terpelajar dan intelektual serta tokoh-tokoh perjuangan lainnya berusaha memikirkan strategi yang harus dijalankan untuk mehcegah agar organisasi-organisasi baru tidak terperangkap pada kendala yang sama. 

Untuk itu, mereka berkesimpulan bahwa kekerasan dan radikalisme bukan jalan perjuangan yang baik dalam menghadapi pemerintah kolonial. Sebagai sebuah organisasi yang baru, PNI cepat berkembang dan menarik perhatian banyak pihak. 

Hal ini disebabkan adanya propaganda-propaganda yang dilakukan Ir. Soekarno dengan mengusung tema, antara lain: karakter; yang buruk dari penjajah, konflik antara pengusaha dan petani, "front sawo matang-melawan front kulit putih", menghilangkan ketergantungan dan menegakkan kemandirian, serta perlunya pembentukan negara dalam negara. 

Propaganda-propaganda Ir. Soekarno yang menarik dukungan masyarakat telah mengkhawatirkan pemerintah kolonial Belanda. Gubernur Jenderal Hindia Belanda dalam pembukaan sidang Volksraad pada 15 Mei 1928 memberi peringatan kepada pemimpin PNI untuk menahan diri dalam ucapan dan propagandanya. 

Karena tidak dihiraukan, pemerintah kolonial Hindia Belanda segera mengadakan penangkapan terhadap para pemimpin PNI, seperti Ir. Soekarno, Markun Sumadiredja, Gatot Mangkupraja, dan Supriadinata. Penangkapan itu terjadi pada 29 Desember 1929. Mereka kemudian diajukan ke depan pengadilan Landraad di Bandung. Dipenjarakannya tokoh-tokoh penting PNI menimbulkan pemikiran untuk membubarkan PNI demi keselamatan para anggota.

Mr. Sartono melalui kongres luar biasa mendirikan partai baru bernama Partai Indonesia (Partindo) dengan Sartono sebagai ketuanya. Sementara itu, Mohammad Hatta dan Sutan Sjahrir mendirikan partai baru, yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Baru).

6. Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H.Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut Muhammad. Tujuan yang ingin dicapai, antara lain memajukan pengajaran berdasarkan agama Islam serta memupuk keimanan dan ketakwaan para anggotanya.

7. Nahdlatul Ulama

Pendiri NU adalah K.H. Hasyim Asy'ari dari Pondok Pesantren Tebu Ireng dan K.H. Abdul Wahab Hasbullah. NU berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya. NU bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan budaya. Tujuan Nahdlatul Ulama adalah mencerdaskan umat Islam dan menegakkan syariat agama Islam berdasarkan Mazhab Syafi'i. 

Selain bergerak dalam bidang agama, pendidikan, sosial, dan budaya, NU juga bergerak dalam bidang politik. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatannya, yaitu mendorong rakyat untuk memperoleh kemerdekaan. Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1952 NU keluar dari Masyumi dan menyatakan sebagai partai politik serta ikut pemilu 1955.

8. Pendidikan Wanita dalam Pergerakan Nasional

Pergerakan nasional juga ditandai dengan bangkitnya kaum wanita yang dipelopori oleh R.A. Kartini dan Dewi Sartika. Kaum wanita bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial budaya. Perkumpulan wanita yang bergerak di bidang pendidikan, antara lain:

a. Kartini Fonds (Dana Kartini) berdiri pada tahun 1912 oleh Ny. C.Th. van Deventer unt mendirikan sekolah-sekolah Kartini.

b. Putri Mardika di Batavia berdiri pada 1912 untuk membantu keuangan bagi kaum wanita yang ingin melanjutkan sekolah.

c. Maju Kemuliaan di Bandung.

d. Pawiyatan Wanita di Magelang.

e. Wanita Rukun Sentosa di Malang.

f. Budi Wanita di Solo

g. Kerajinan Amal Setia di Sumatra Barat pada 1914 untuk meninggikan derajat kaum wanita melalui pelajaran membaca, menulis, berhitung, mengatur rumah tangga, membuat kerajinan tangan, dan mengatur pemasarannya. 

h. Aisyiyah merupakan organisasi otoriom bagi wanita Muhammadiyah yang didirikan oleh Nyai Ahmad Dahlan di Yogyakarta pada 17 Mei 1917. Tujuannya memajukan pendidikan dan keagamaan kaum wanita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar